MENU SPESIAL

11 Juni 2009

SELAYANG PANDANG MTS AL-MUKHLASHUUN

DILEMA SEKOLAH GRATIS

Reklame tentang sekolah gratis mulai tahun 2009 yang ditayangkan di TV menimbulkan banyak pertanyaan dan komentar di kalangan masyarakat. Antara lain sekolah gratis sampai kapan? Alasan apa? Apakah ada hubungannya dengan pemilu Presiden dan Wakil Presiden bulan Juli 2009 ini?

Bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan konkretnya yang tak dapat diketahui dan dibantu oleh pemerintah dengan APBN dan APBD? Apakah memang partisipasi masyarakat harus dimatikan dan tidak diperlukan lagi? Pemerintah kuat berapa? Tampilan reklame ini memberi kesan kontradiksi, antara keseriusan Mendiknas Bambang Sudibyo dengan kegirangan masyarakat yang menerima warta sekolah gratis dalam ekspresi kegirangan dan tari-tarian.

Kontradiksi antara raut wajah kesungguhan kerja keras Mendiknas Bambang Sudibyo dengan mental santai dan senang-senang tanpa beban tanggung jawab pada wajah masyarakat.Sekolah gratis sebagai pemberian perhatian dan tanda kasih pemerintah harus diimbangi atau dibuktikan dengan kerja keras masyarakat. Bukan sebaliknya dengan sikap santai menunggu pemberian atau menangisi nasib.

Sebab kerahiman, anugerah-rahmat dan kurnia (Gratia/Latin – Gratis/Indonesia) diberikan kepada manusia untuk melengkapi dan menyempurnakan yang masih kurang dalam perjuangan yang sudah ada.

Manusia harus memulai bekerja, berjuang dengan kemampuan yang ada padanya, yang kurang akan dilengkapi kemudian. “Sekolah harus bisa” yang diungkapkan oleh Mendiknas Bambang Sudibyo mengandaikan ada kerja sama antara masyarakat yang sudah bekerja dan pemerintah yang membantu untuk melengkapi kekurangan perjuangan masyarakatnya.

Kalau pemberian dari pemerintah saja tanpa ada perjuangan oleh masyarakat untuk dirinya sendiri, maka tidak akan membawa rahmat dan keberhasilan yang memuaskan. Kurnia rahmat keberhasilan diberikan kepada petani, pelajar, mahasiswa, pegawai, politikus, wiraswastawan, yang bekerja keras, bukan pada orang yang santai dan bermental-enak.

Maka ide dan pelaksanaan sekolah gratis mestinya dijabarkan dalam pengertian subsidi pemerintah untuk melengkapi upaya yang sudah dimulai dalam semangat partisipasi masyarakat sekolah. Perjuangan dan partisipasi masyarakat sekolah untuk pemenuhan kebutuhan sekolah dan peningkatan mutunya, jangan dilarang oleh pemerintah.

Sebab dengan larangan memungut uang di sekolah yang sesuai dengan rencana dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), mematikan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat sekolah.

Sekolah gratis sebagai pemberian kasih pemerintah kepada masyarakat tanpa memacu perjuangan dan pemberdayaan masyarakat, akan merupakan tanda “kelebihan kebaikan” yang memanjakan masyarakat, memupuk sikap bergantung, tidak dewasa, kekanak-kanakan yang pada gilirannya akan merugikan masyarakat bangsa ini.

Inilah kebijakan politik sesaat yang berdampak pada pembentukan mental generasi anak bangsa yang tetap kekanak-kanakan. Dilema kita adalah: apakah kita mau membangun bangsa ini menuju kedewasaan atau tetap terus kekanak-kanakan?

GALERY MTS AL-MUKHLASHUUN

Berpose dengan kebanggaan seragamnya


Wajah anak bangsa


Program Unggulan (Teknisi Komputer)


Perpustakaan


Pembelajaran dengan media audio visual


Sarana yang mendukung TIK


Home Industri


KBM yang atraktif


Asyiknya keterampilan home industri